Skip to main content

INGIN HIDUP BERAPA LAMA?

Seorang kakek tua bertanya pada cucunya, "Kamu ingin hidup berapa lama, cucuku?"

Cucunya menjawab, "Selamanya, Kek."

Kakek itu tertawa dan justru mengajukan pertanyaan yang membuat bingung cucunya, "Buat apa?"

Cucunya tersenyum sepersekian detik kemudian, merasa mampu menjawab pertanyaan sang kakek dengan baik, "Menebarkan kebaikan, Kek."

"Yakin sekali." Kakek itu berdecih.

"Di dunia ini cucuku, manusia-manusia itu buta. Buta pada apa? Pada kebaikan orang lain dan keburukan diri sendiri."

"Di dunia ini cucuku, manusia-manusia itu tuli. Tuli pada apa?  Pada nasehat baik orang tua dan kritik pedas milik mulutnya."

"Di dunia ini cucuku, manusia-manusia itu bisu. Bisu pada apa? Pada kebenaran, juga pada kemungkaran. Tidak ada yang mampu bersuara, mulut mereka di kendalikan penguasa."

"Di dunia ini cucuku, manusia-manusia itu bodoh. Bodoh kenapa? Mereka dengan mudah merasa pintar, padahal ilmu mereka hanya satu buih di lautan. Pun merasa kaya, padahal masih menumpang di bumi Sang Pencipta."

"Di dunia yang buta, tuli, bisu, dan bodoh ini, kamu bilang ingin menebar kebaikan? Silahkan saja, lihat seberapa banyak yang mampu kamu buat tertawa. Tapi tidak perlu, mereka kan sudah sering tertawa, bukan karena bahagia, tapi karena gila."

"Begitu ya, kek?" cucunya mengangguk fahim.

"Kalau kakek, ingin hidup berapa lama?"

"Ada hal yang di benci manusia, tapi sebenarnya lebih baik baginya. seperti kematian, ia lebih baik daripada fitnah hidup di dunia." kakek tua menghela nafas. "Bahkan jika Izrail mau mencabut sekarang juga, kakek terima."

Comments

Popular posts from this blog

Panjang Umur Buruh

Kawan, kemarilah! Akan aku ceritakan tentang bagaimana para buruh harus terbangun pagi, mereka tak sempat menikmati segelas kopi, setiap hari mengutuk mentari karena begitu cepat pagi hari datang kembali. Kawan, kemarilah! Akan aku ceritakan tentang keringat mereka yang sering terjatuh tapi tak kenal keluh, lewat ventilasi mereka berharap agar lonceng pulang cepat berbunyi, karena mereka lelah menjalani hari. Kawan, kemarilah! Akan aku ceritakan bagaimana para kuli bangunan bersiteguh melawan panasnya mentari, badan mereka terbakar dari kepala hingga kaki, hanya demi sesuap nasi. Kawan, kemarilah! Akan aku ceritakan bagaimana mereka berharap di setiap malam agar hak-hak mereka terpenuhi, merenung menangisi nasib. Kawan, kemarilah! Akan aku ceritakan bagaimana mereka lantang meminta keadilan tapi malah dituduh pemberontak, padahal mereka hanya menuntut hak. Kawan, lihatlah! Wajah mereka dipenuhi debu dan keringat, tapi mereka tetap semangat, lihatlah mata penuh harap mereka kawan!

Siklus Dunia

Kau lihat jingga merona di ujung sana? Indah bukan? Jangan terlelap menikmati keindahannya, Karena tak lama malam akan menyeretmu menuju gelap yang teramat Siklus waktu memang tak mungkin bisa diubah Ia berputar sesuka hatinya Datang akan pergi Ada akan tiada Awal akan berakhir Bertemu akan berpisah Semua berjalan sebagaimana mestinya Tapi apa kau sadar beberapa hal setelahnya? Haru biru setelah kepergian dan ketiadaan Resah gelisah setelah berakhir kisah Atau pedih sayatan setelah perpisahan Sadarlah.. Kita hanya korban siklus dunia Segala lara adalah konsekuensinya Bahagia tak lebih hanya bonus semata

FANATISME ??

Fanatisme itu gag ada hubungannya sama sekali dengan tingkat intelegensia. Gag ada kaitannya sama sekali dengan berapa banyak data/informasi/pengetahuan yang telah dikumpulkan. Fanatisme, sederhana aja, adalah indikator sekaligus akibat dari insting yang lemah. Semakin fanatik orang berarti makin lemah instingnya, dan ini berlaku untuk tataran fanatik dalam hal apapun: terhadap agama, terhadap sains, terhadap filsafat, terhadap organisasi kecil dan besar, terhadap idola, bahkan terhadap kebenaran. Apa maksudnya insting yang lemah: kecenderungan membutuhkan sandaran dan (ini yang mesti dicatat baik-baik) sandaran tersebut berada di luar dirinya. Orang yang berinsting lemah butuh suatu daya pemersatu dari luar untuk menyatukan elemen yang menyususun keseluruhan Diri orang tersebut. Dengan kata lain, orang tersebut gag bisa berpegang pada dirinya sendiri sehingga butuh pegangan dari luar. Dan yang sangat ironis, tragis sekaligus lucu adalah bahwa orang fanatik ini gemar menampilkan diri