Seorang kakek tua bertanya pada cucunya, "Kamu ingin hidup berapa lama, cucuku?"
Cucunya menjawab, "Selamanya, Kek."
Kakek itu tertawa dan justru mengajukan pertanyaan yang membuat bingung cucunya, "Buat apa?"
Cucunya tersenyum sepersekian detik kemudian, merasa mampu menjawab pertanyaan sang kakek dengan baik, "Menebarkan kebaikan, Kek."
"Yakin sekali." Kakek itu berdecih.
"Di dunia ini cucuku, manusia-manusia itu buta. Buta pada apa? Pada kebaikan orang lain dan keburukan diri sendiri."
"Di dunia ini cucuku, manusia-manusia itu tuli. Tuli pada apa? Pada nasehat baik orang tua dan kritik pedas milik mulutnya."
"Di dunia ini cucuku, manusia-manusia itu bisu. Bisu pada apa? Pada kebenaran, juga pada kemungkaran. Tidak ada yang mampu bersuara, mulut mereka di kendalikan penguasa."
"Di dunia ini cucuku, manusia-manusia itu bodoh. Bodoh kenapa? Mereka dengan mudah merasa pintar, padahal ilmu mereka hanya satu buih di lautan. Pun merasa kaya, padahal masih menumpang di bumi Sang Pencipta."
"Di dunia yang buta, tuli, bisu, dan bodoh ini, kamu bilang ingin menebar kebaikan? Silahkan saja, lihat seberapa banyak yang mampu kamu buat tertawa. Tapi tidak perlu, mereka kan sudah sering tertawa, bukan karena bahagia, tapi karena gila."
"Begitu ya, kek?" cucunya mengangguk fahim.
"Kalau kakek, ingin hidup berapa lama?"
"Ada hal yang di benci manusia, tapi sebenarnya lebih baik baginya. seperti kematian, ia lebih baik daripada fitnah hidup di dunia." kakek tua menghela nafas. "Bahkan jika Izrail mau mencabut sekarang juga, kakek terima."
Comments