Kawan, kemarilah! Akan aku ceritakan tentang bagaimana para buruh harus terbangun pagi, mereka tak sempat menikmati segelas kopi, setiap hari mengutuk mentari karena begitu cepat pagi hari datang kembali.
Kawan, kemarilah! Akan aku ceritakan tentang keringat mereka yang sering terjatuh tapi tak kenal keluh, lewat ventilasi mereka berharap agar lonceng pulang cepat berbunyi, karena mereka lelah menjalani hari.
Kawan, kemarilah! Akan aku ceritakan bagaimana para kuli bangunan bersiteguh melawan panasnya mentari, badan mereka terbakar dari kepala hingga kaki, hanya demi sesuap nasi.
Kawan, kemarilah! Akan aku ceritakan bagaimana mereka berharap di setiap malam agar hak-hak mereka terpenuhi, merenung menangisi nasib.
Kawan, kemarilah! Akan aku ceritakan bagaimana mereka lantang meminta keadilan tapi malah dituduh pemberontak, padahal mereka hanya menuntut hak.
Kawan, lihatlah! Wajah mereka dipenuhi debu dan keringat, tapi mereka tetap semangat, lihatlah mata penuh harap mereka kawan! Lihatlah kerutan di dahinya kawan! Lihatlah badan mereka gemetaran kawan!
Kawan, apakah kau sadar?
Jalan yang terbentang panjang.
Gedung yang megah menjulang tinggi.
Kaos yang kalian pakai.
Sepatu mahal yang kalian banggakan.
Itu adalah hasil keringat mereka, kawan!
Mereka sungguh mulia, kawan!
Jasa mereka besar untuk kita, kawan!
Teruntuk para pekerja keras, tuntutlah hak kalian!
Jangan mau diperlakukan sewenang wenang!
Panjang umur perjuangan!
Panjang umur pekerja keras!
Panjang umur perlawanan!
—
Mewakili ayahku, kawanku, dan saudaraku.
Comments