Skip to main content

Panjang Umur Buruh

Kawan, kemarilah! Akan aku ceritakan tentang bagaimana para buruh harus terbangun pagi, mereka tak sempat menikmati segelas kopi, setiap hari mengutuk mentari karena begitu cepat pagi hari datang kembali.

Kawan, kemarilah! Akan aku ceritakan tentang keringat mereka yang sering terjatuh tapi tak kenal keluh, lewat ventilasi mereka berharap agar lonceng pulang cepat berbunyi, karena mereka lelah menjalani hari.

Kawan, kemarilah! Akan aku ceritakan bagaimana para kuli bangunan bersiteguh melawan panasnya mentari, badan mereka terbakar dari kepala hingga kaki, hanya demi sesuap nasi.

Kawan, kemarilah! Akan aku ceritakan bagaimana mereka berharap di setiap malam agar hak-hak mereka terpenuhi, merenung menangisi nasib.

Kawan, kemarilah! Akan aku ceritakan bagaimana mereka lantang meminta keadilan tapi malah dituduh pemberontak, padahal mereka hanya menuntut hak.

Kawan, lihatlah! Wajah mereka dipenuhi debu dan keringat, tapi mereka tetap semangat, lihatlah mata penuh harap mereka kawan! Lihatlah kerutan di dahinya kawan! Lihatlah badan mereka gemetaran kawan!

Kawan, apakah kau sadar?

Jalan yang terbentang panjang.
Gedung yang megah menjulang tinggi.
Kaos yang kalian pakai.
Sepatu mahal yang kalian banggakan.
Itu adalah hasil keringat mereka, kawan!

Mereka sungguh mulia, kawan!
Jasa mereka besar untuk kita, kawan!

Teruntuk para pekerja keras, tuntutlah hak kalian!
Jangan mau diperlakukan sewenang wenang!

Panjang umur perjuangan!
Panjang umur pekerja keras!
Panjang umur perlawanan!


Mewakili ayahku, kawanku, dan saudaraku.

Comments

Popular posts from this blog

Siklus Dunia

Kau lihat jingga merona di ujung sana? Indah bukan? Jangan terlelap menikmati keindahannya, Karena tak lama malam akan menyeretmu menuju gelap yang teramat Siklus waktu memang tak mungkin bisa diubah Ia berputar sesuka hatinya Datang akan pergi Ada akan tiada Awal akan berakhir Bertemu akan berpisah Semua berjalan sebagaimana mestinya Tapi apa kau sadar beberapa hal setelahnya? Haru biru setelah kepergian dan ketiadaan Resah gelisah setelah berakhir kisah Atau pedih sayatan setelah perpisahan Sadarlah.. Kita hanya korban siklus dunia Segala lara adalah konsekuensinya Bahagia tak lebih hanya bonus semata

FANATISME ??

Fanatisme itu gag ada hubungannya sama sekali dengan tingkat intelegensia. Gag ada kaitannya sama sekali dengan berapa banyak data/informasi/pengetahuan yang telah dikumpulkan. Fanatisme, sederhana aja, adalah indikator sekaligus akibat dari insting yang lemah. Semakin fanatik orang berarti makin lemah instingnya, dan ini berlaku untuk tataran fanatik dalam hal apapun: terhadap agama, terhadap sains, terhadap filsafat, terhadap organisasi kecil dan besar, terhadap idola, bahkan terhadap kebenaran. Apa maksudnya insting yang lemah: kecenderungan membutuhkan sandaran dan (ini yang mesti dicatat baik-baik) sandaran tersebut berada di luar dirinya. Orang yang berinsting lemah butuh suatu daya pemersatu dari luar untuk menyatukan elemen yang menyususun keseluruhan Diri orang tersebut. Dengan kata lain, orang tersebut gag bisa berpegang pada dirinya sendiri sehingga butuh pegangan dari luar. Dan yang sangat ironis, tragis sekaligus lucu adalah bahwa orang fanatik ini gemar menampilkan diri